BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 KOMPENSASI
2.1.1
Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang di terima para karyawan
sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Masalah kompensasi mungkin merupakan
fungsi managemen personalia yang paling sulit dan membingungkan. Tidak hanya
karena pemberian kompensasi merupakan salah satu tugas yang paling kompleks,
tetapi juga salah satu aspek yang paling berarti baik bagi karyawan maupun
perusahaan. Menurut Hasibuan (2005), kompensasi adalah suatu pendapatan yang
berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang di terima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang di berikan kepada perusahaan. Kompensasi
berbentuk uang , artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah uang kartal kepada
karyawan yang bersangkutan. Kompensasi dibedakan menjadi dua yaitu :
Kompensasi
langsung (direct compensation) berupa gaji,
upah, dan upah insentif.
Kompensasi tidak langsung (indirect compensation) atau employee welfare atau kesejahteraan karyawan.
Kompensasi tidak langsung (indirect compensation) atau employee welfare atau kesejahteraan karyawan.
Gaji adalah yang dibayarkan secara periodik kepada karyawan tetap
serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya gaji akan tetap dibayarkan
walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja. Upah adalah balas jasa yang
dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang
disepakati membayarnya.
Upah Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada
karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standart. Upah insentif ini
merupakan alat yang digunakan pendukung prisip adil dalam memberikan
kompensasi. Kompensasi (balas jasa) langsung merupakan hak bagi karyawan dan
menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya.
2.1.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebijakan kompensasi
Ada enam factor yang
mempengaruhi kebijakan kompensasi, yaitu :
a.
Faktor
Pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar
gaji minimal, pajak penghasilan, peneptan bahan baku, biaya transportasi /
angkutan, inflasi maupun devaluasi sangat mempengaruhi perusahaan dalam
menentukan kebijakan kompensasi pegawai
b.
Penawaran
bersama antara perusahaan dan pegawai
Kebijakan dalam menentukan kompensasi dapat di pengaruhi pula pada
saat terjadinya tawar menawar mengenai besarnya upah yang harus diberikan oleh
perusahaan kepada pengawainya.
c.
Standart dan
biaya hidup pegawai
Kebijakan kompensasi perlu mempertimbangkan standard dan biaya
hidup pegawai tampa memperhatikan semua faktor lainya, dalam jangka panjang,
realisasi pemberian konpensasi yang tergantung pada kemampuan perusahaan.
d.
Ukuran
perbandingan upah
Kebijakan dalam menentukan kompensasi di pengaruhi pula oleh
ukuran besar kecilnya perusahaan,tingkat pendidikan pegawai,dan masa kerja
pegawai.
e.
Permintaan
dan persediaan
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu pertimbangan
tingkat persediaan dan permintaan pasar.
f.
Kemampuan
membayar.
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan
pada kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai.
2.1.3 Tujuan
pemberian kompensasi (balas jasa)
a.
Ikatan Kerja
Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal
antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas tugasnya
dengan baik, sedangkan pengusaha / majikan wajib membayar kompensasi sesuai
dengan perjanjian yang di sepakati.
b.
Kepuasan
Kerja
Denga balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memproleh kepuasan kerja dari jabatanya.
c.
Pengadaan
Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan
yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d.
Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar manager akan lebih
mudah memotivasi bawahanya.
e.
Stabilitas
Karyawan
Dengan program Kompensasi atas prinsip adil dan layak serta
aksternal konsistensi yang konpentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin
karena Trun-Over lebih kecil.
f.
Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan
semangkin baik. Meraka menyadari serta mentaati peraturanperaturan yang
berlaku.
2.1.4 Macam-macam / Jenis kompensasi yang Diberikan Pada Karyawan
1. Imbalan Ekrinsik
a. Imbalan ektrinsik yang berbentuk uang antara lain misanya :
1.
Gaji
2.
Upah
3.
Honor
4.
Bonus
5.
Komisi
6.
Insentif
b. Imbalan ektrinsik yang bentuknya sebagai benefit/ tunjangan
pelengkap
contohnya seperti :
contohnya seperti :
1. Uang cuti
2. Uang makan
3. Uang transportasi/antar jemput
4. Jamsostek /jaminan social tenaga kerja
5. Uang pensiunan
6. Rekreasi
7. Beasiswa melanjutkan kuliah,dsb.
2. Imbalan Intrinsik
Imbalan dalam bentuk intrinsik yang tidak berbentuk fisik hanya
dapat dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan,jenjang karir yang jelas, kondisi
lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik, dan lain-lain.
Ada beberapa teori yang melatarbelakangi kompensasi pekerja, yakni
:
a.
Teori
kompensasi ekomomi Pasar
Teori ekomomi pasar adalah penciptaan suatu harga upah atau
bayaran yang didasarkan atas kekuatan tawar-menawar negoisasi / negoisasi
antara para pekerja, pegawai , karyawan, buruh dan sebagainya dengan pihak
menajemen perusahaan .
b.
Teori
Kompensasi Standart Hidup
Teori standar hidup adalah suatu system kompensasi di mana upah
atau gaji ditentukan dengan menyampaikan dengan standar hidup layak di mana
para pekerja dapat menikmati hidup dengan damai, aman, tentram dan sejahtera
mencakup jaminan pensiun di hari tua, tabungan, tabungan, pendidikan, tempat
tinggal, transportasi dan lain sebagainya.
c.
Teori
Kompensasi Kemampuan membayar.
Teori kemampuan membayar adalah suatu system penentuan besar
kecilnya kompensasi yang di berikan kepada para pekerja dengan menyelesaikannya
dengan tingkat pendapatan dan keuntungan perusahaan. Ketika perusahaan sedang
berjaya, maka karyawan diberikan tambahan kompensasi.
2.2 GAJI
2.2.1
Pengertian Gaji
Definisi Gaji menurut Hasibuan (1999:133) adalah : Balas jasa yang
dibayar secara periodik kepada karyawan yang tetap serta mempunyai jaminan yang
pasti”. Simamora (2004:445) dalam bukunya menjelaskan bahwa: “Upah biasanya
berhubungan dengan tarif gaji per-jam (semakin lama jam kerjanya, semakin besar
bayarannya). Upah merupakan basis bayaran yang kerap digunakan bagi
pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan (pekerja kerah biru). Sedangkan gaji
(salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, dan tahunan
(terlepas dari lamanya jam kerja). Pendapat serupa juga diungkapkan oleh
Gitosudarmo (1995:299) yang menyatakan pengertian gaji adalah: “Imbalan yang
diberikan oleh pemberi kerja kepada karyawan, yang penerimaannya bersifat rutin
dan tetap setiap bulan walaupun tidak masuk kerja maka gaji akan tetap diterima
secara penuh”.
Pada kesimpulannya, gaji adalah yang dibayarkan secara periodik
kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Maksudnya gaji akan
tetap dibayarkan walaupun pekerja tersebut tidak masuk kerja. Upah adalah balas
jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian
yang disepakati membayarnya.
2.2.2 Pendekatan
Manajemen Imbalan
1.
Pendekatan
berbasis pekerjaan(job based approach)
Merupakan sistem kompensasi tradisional yang beranggapan bahwa
dalam menetapkan kompensasi dasar suatu perusahaan/organisasi seharusnya
mengavaluasi nilai atau kontribusi masing-masing pekerjaan, bukan seberapa baik
karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Di bawah sistem ini, pekerjaan menjadi
unit analisis untuk menemtukan kompenasasi dasar, bukan orang-orang yang
menjalankan pekerjaan itu. Hal ini berarti nilai minimum dan maksimum tiap
pekerjaan ditetapkan secara terpisah dari para karyawan secara individual, yang
harus dibayar dalam rentang yang telah ditetapkan oleh pekerjaan itu.
2.
Pendekatan
berbasis individu
Adanya tambahan pendekatan ini dilatar belakangi adanya faktor
pendorong perubahan ini adalah bahwa mesin pertumbuhan ekonomi kita tidak lagi
manufaktur, melainkan jasa, dan
pengetahuan. Menurut Ivancevich, 2001: 335, ada beberapa varian
pendekatan berbasis individu/orang, diantaranya:
Jenis-Jenis Pendekatan Kompensasi Berbasis Individual
|
|
Jenis
|
Pengertian dan Karakteristik
|
Gaji/Upah Berbasis
Keterampilan
|
·
Menetapkan
tingkat kompensasi atas dasar berapa banyak keterampilan yang dimiliki
karyawan atau berapa banyak pekerjaan yang dia lakukan.
·
Jika
keterampilan baru ditambahkan, karyawan mendapatkan kenaikan imbalan.
·
Hasil
positif yang diharapkan meningkatnya kualitas, produktivitas yang lebih
tinggi, tenaga kerja yang lebih flexibel, semangat yang meningkat, dan
menurunnya ketidakhadiran dan pergantian karyawan.
|
Gaji/Upah Berbasis
Pengetahuan
|
·
Memberi
imbalan karyawan karena memiliki pengetahuan tambahan baik dalam kategori
pekerjaan sekarang maupun dalam kategori pekerjaan yang baru.
·
Hasil yang
diperolehh: kualitas yang lebih baik secara signifikan, ketidakhadiran dan
kecelakaan yang menurun secara signifikan.
|
Gaji/Upah Berbasis Kepercayaan
|
·
Individu
harus memiliki diploma, atau lisensi atau harus lulus satu ujian atau lebih
dari profesional pihak ketiga atau organisasi pengatur.
|
Gaji/Upah Berbasis Umpan-
Balik
|
·
Mengaitkan
kompensasi dengan tujuan bisnis strategis dan selanjutnya menetapkan hubungan
langsung antara pemegang pekerjaan dengan perannya dalam mencapai tujuan itu.
·
Harus
sesuai dengan 4 prinsip:
1.
Imbalan
berasal langsung dari sasaran bisnis strategis organisasi.
2.
Imbalan
menghubungkan secara langsun tindakan karyawan dengan sasaran itu.
3.
Jenis ini
menyediakan kesempatan yang cukup untuk penghargaan yang dapat memikat
perhatian karyawan.
4.
Tepat waktu
|
Gaji/Upah Berbasis Kompetensi
|
·
Merupakan
kombinasi imbalan berbasis keterampilan pengetahuan dan surat kepercayaan.
·
Istilah ini
sering diterapkan pada sistem berbasis keterampilan dengan pekerja
pengetahuan yang memiliki pendidikan tinggi.
·
Karakteristik
seperti nilai, motif, ciri kepribadian, citra diri, dan peranan sosial juga
diperhitungkan.
|
2.3 INSENTIF
2.3.1 Pengertian Insentif
Insentif sebagai sarana motivasi yang mendorong para karyawan
untuk bekerja dengan kemampuan yang optimal, yang dimaksudkan sebagai
pendapatan ekstra diluar gaji atau upah yang telah ditentukan. Pemberian
insentif dimaksudkan agar dapat memenuhi kebutuhan para karyawan dan keluarga
mereka. Istilah sistem insentif pada umumnya digunakan untuk menggambarkan
rencana-rencana pembayaran upah yang dikaitkan secara langsung atau tidak
langsung dengan berbagai standar kinerja karyawan atau profitabilitas
organisasi. Kompensasi dan insentif mempunyai hubungan yang sangat erat, di
mana insentif merupakan komponen dari kompensasi dan keduanya sangat menentukan
dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi secara keseluruhan. Insentif
dapat dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai kepada karyawan yang
prestasinya melebihi standar yang telah ditetapkan. Insentif merupakan suatu
faktor pendorongbagi karyawan untuk bekerja lebih baik agar kinerja karyawan
dapat meningkat.
Hasibuan (2005) mengemukakan insentif adalah tambahan balas jasa
yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi
standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan sebagai pendukung
prinsip adil dalam pemberian kompensasi. Insentif mendorong atau mempunyai
kecenderungan untuk merangsang suatu kegiatan produksi karyawan (Sirait, 2006).
Semakin tinggi prestasi kerjanya, maka semakin besar pula insentif yang
diterima. Pemberian insentif berfungsi untuk memberi dorongan kepada karyawan
dengan tujuan utama adalah untuk mempertahankan stabilitas karyawan, menurunkan
turn over dan meningkatkan loyalitas atau komitmen karyawan terhadap
perusahaan (Hasibuan, 2005).
Insentif dapat diartikan sebagai imbalan organisasi atas prestasi
individu atau kelompok kerja, sehingga insentif organisasi merupakan perolehan
atau produk kerja yang mereka lakukan (Danim, 2004). Insentif merupakan imbalan
langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena prestasi melebihi standar yang
ditentukan. Penulis mengasumsikan bahwa uang dapat mendorong karyawan bekerja
lebih giat lagi, maka karyawan yang produktif lebih menyukai gajinya dibayarkan
berdasarkan hasil kerja (Pangabean, 2002).
Insentif adalah perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan
untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang
telah ditetapkan (Handoko, 2002). Rangsangan yang diberikan dengan maksud untuk
dapat meningkatkanLoyalitaskaryawan dan mempertahankan karyawan yang
berprestasi untuk tetap berada dalam perusahaan.
Pemberian insentif pada prinsipnya adalah menguntungkan kedua belah
pihak, yaitu pihak karyawan dan perusahaan. Perusahaan mengharapkan adanya
gairah atau semangat yang timbul dalam diri karyawan yang mendorong karyawan
untuk bekerja dengan lebih baik dalam arti lebih produktif agar tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan dapat terpenuhi sedangkan bagi karyawan adalah
sebagai salah satu alat pemuas kebutuhannya.
2.3.2 Jenis-Jenis Insentif
Jenis-jenis insentif dalam suatu perusahaan/instansi harus
dituangkan secara jelas sehingga dapat diketahui oleh karyawan dan dapat dijadikan
kontribusi yang baik untuk dapat menambah gairah kerja bagi karyawan yang
bersangkutan. Danim (2004) menyatakan tidak selamanya manusia terangsang dengan
insentif ekonomi atau materi (material incentives). Pada saat lain
manusia dapat terangsang dengan insentif yang bersifat nir-material (non-material
incentives) atau keuntungan-keuntungan semi material (semi material
incentives).
Jenis-Jenis
Insentif
NO
|
JENIS INSENTIF
|
CONTOH-CONTOHNYA
|
1
|
Material atau ekonomi
|
1. Uang
2. Barang yang dinilai dengan uang 3. barang-barang lain |
2
|
Non-material
|
1. Pujian
2. Penempatan yang sesuai dengan keahlian 3. Kesempatan promosi 4. Rasa berpartisipasi 5. Kondisi kerja yang menyenangkan 6. kesehatan 7. keamanan 8. perumahan 9. Rekreasi |
3
|
Semi material
|
1. Piagam penghargaan
2. Diundang pada pertemuan khusus, karena keistimewaannya, dengan diberi transport seperlunya 3. Pemberian tanda kenang-kenangan |
Sumber: Danim (2004), data diolah.
Insentif yang memadai akan mendorong semangat dan gairah kerja
karyawan, sehingga karyawan akan terus menjaga dan meningkatkan hasil kerjanya
dan pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan sendiri dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang ditetapkan, sehingga perusahaan dan karyawan diharapkan lebih
solid dalam membangun kebersamaan menuju kemajuan perusahaan.
Menurut Sirait (2006) ada tiga jenis insentif yaitu:
a. Financial Incentive
Pemberian insentif yang bersifat keuangan yang meliputi upah atau
gaji yang pantas dan juga kemungkinan untuk memperoleh bagian dari keuangan yang
diperoleh perusahaan. Bentuk dari insentif keuangan adalah bonus dan komisi
yang dihitung berdasarkanLoyalitasatau penjualan yang melebihi standard.
b. Non Financial Incentive
Pendidikan dan hiburan, liburan/hiburan, terjaminnya tempat kerja,
dan terjaminnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan merupakan insentif
yang tidak bersifat keuangan.
c. Social Incentive
c. Social Incentive
Insentif sosial adalah insentif yang berupa rangsangan yang
berbentuk sikap dan tingkah laku yang diberikan oleh anggota kelompok,
cenderung pada keadaan dan sikap dari para rekan kerja.
2.3.3 Tujuan Pemberian Insentif
Tujuan pemberian insentif adalah untuk memenuhi kepentingan
berbagai pihak,
yaitu:
a. Bagi perusahaan:
yaitu:
a. Bagi perusahaan:
1. Mempertahankan karyawan yang terampil dan cakap agar
loyalitasnya tinggi terhadap perusahaan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan moral kerja karyawan yang
ditunjukkan dengan penurunan tingkat perputaran tenaga kerja dan absensi
3. Meningkatkan Loyalitasperusahaan yang berarti hasil produksi
bertambah untuk setiap unit per satuan waktu dan penjualan yang meningkat.
b. Bagi karyawan:
1. Meningkatkan standar kehidupan karyawan dengan diterimanya
pembayaran di luar gaji pokok.
2. Meningkatkan semangat kerja karyawan sehingga mendorong
karyawan untuk berprestasi lebih baik.
3. Meningkatkan loyalitas karyawan untuk tetap komit terhadap
perusahaan dikarenakan karyawan merasa puas.
Setiap orang apabila ditawarkan suatu ganjaran yang memberikan
hasil yang cukup menguntungkan bagi karyawan, maka karyawan akan termotivasi
untuk memperolehnya. Alat motivasi yang kuat itu adalah dengan memberikan
insentif. Pemberian insentif terutama insentif material dimaksudkan agar
kebutuhan materi karyawan terpenuhi, dengan terpenuhinya kebutuhan materi itu
diharapkan karyawan dapat bekerja lebih baik, cepat dan sesuai dengan standar
perusahaan sehingga output yang dihasilkan dapat meningkat daripada input dan
akhirnya kinerja karyawan dapat meningkat. Semakin baik kinerja dan prestasi
karyawan, maka akan memperoleh insentif yang lebih sehingga merangsang karyawan
agar tetap bertahan bekerja pada perusahaan tersebut. Pemberian insentif
merupakan sarana motivasi yang dapat merangsang ataupun mendorong karyawan agar
dalam diri karyawan timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi dan
merasa puas sehingga karyawan mau bertahan tetap kerja di dalam perusahaan.
2.3.4 Sistem Pelaksanaan Insentif
Pedoman penyusunan rencana insentif menurut Dessler (2007), antara
lain:
1.
Pastikan
bahwa usaha dan imbalan langsung terkait
Insentif dapat memotivasi karyawan jika dilihat ada kaitan antara
upaya yang karyawan lakukan dengan pendapatan yang disediakan perusahaan, oleh karena
itu program insentif hendaklah menyediakan ganjaran kepada karyawan dalam
proporsi yang sesuai dengan peningkatan kinerja karyawan. Karyawan harus
memiliki pemikiran bahwan tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sehingga
standar yang ditetapkan dapat tercapai.
2. Rencana yang dapat dipahami dan mudah di kalkulasi oleh
karyawan
Karyawan diharapkan dapat mudah menghitung pendapatan yang bakal diterima
dalam berbagai level dengan melihat kaitan antara kinerja dengan pendapatan.
Program insentif yang ditetapkan sebaiknya dapat dimengerti dan mudah di
kalkulasi oleh karyawan.
2.
Tetapkanlah
standar yang efektif
Standar yang mendasari pemberian insentif ini sebaiknya efektif,
di mana standar dipandang sebagai hal yang wajar oleh karyawan. Standar
sebaiknya ditetapkan cukup masuk akal dan tujuan yang akan dicapai hendaknya
spesifik, artinya tujuan secara terperinci dan dapat diukur karena hak ini
dipandang lebih efektif.
3.
Jaminan
standar anda
Dewasa ini, para karyawan sering curiga bahwa upaya yang melampaui
standar akan mengakibatkan makin tingginya standar untuk melindungi kepentingan
jangka panjang, maka karyawan tidak berprestasi di atas standar sehingga mengakibatkan
program insentif gagal. Pihak manajemen harus memandang standar sebagai suatu
kontrak dengan karyawan ketika rencana itu terlaksana.
5. Jaminan suatu tarif pokok per jam
Pihak perusahaan disarankan untuk menjamin adanya upah pokok bagi karyawan,
baik dalam per jam, hari, bulan dan sebagainya agar karyawan tahu bahwa apapun
yang terjadi karyawan akan memperoleh suatu upah minimum yang terjamin.
Suatu insentif yang diinginkan dapat berjalan dengan efektif apabila memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Pekerjaan-pekerjaan individu haruslah tidak tergantung terhadap
pekerjaan lainnya.
b. Basis yang kompetitif dan memadai terhadap gaji dan tunjangan-tunjangan dasar pada puncak di mana insentif dapat menghasilkan pendapatan variabel.
b. Basis yang kompetitif dan memadai terhadap gaji dan tunjangan-tunjangan dasar pada puncak di mana insentif dapat menghasilkan pendapatan variabel.
c. Dampak signifikan individu atau kelompok atas kinerja hasil-hasil
yang penting.
d. Hasil-hasil yang dapat diukur.
e. Standar produksi terhadap mana program insentif didasarkan
haruslah disusun dan dipelihara secara cermat.
f. Standar produksi haruslah dikaitkan terhadap tingkat gaji.
g. Rentang waktu yang masuk akal.
h. Komitmen manajemen terhadap program-program adalah vital bagi kesuksesannya.
i. Iklim organisasional yang sehat dan positif di mana perjuangan
terhadap keunggulan individu dan kelompok didorong.
2.3.5 Indikator-Indikator
Pemberian Insentif
Beberapa cara perhitungan atau pertimbangan dasar penyusunan
insentif antara lain sebagai berikut:
a.
Kinerja
Sistem insentif dengan cara ini langsung mengkaitkan besarnya
insentif dengan kinerja yang telah ditunjukkan oleh karyawan yang bersangkutan.
Besarnya insentif tergantung pada banyak sedikitnya hasil yang dicapai dalam waktu
kerja karyawan. Insentif diberikan apabila kinerja karyawan melewati standar
kinerja yang ditetapkan perusahaan. Cara ini dapat diterapkan apabila hasil
kerja diukur secara kuantitatif, memang dapat dikatakan bahwa dengan cara ini
dapat mendorong karyawan yang kurang produktif menjadi lebih produktif dalam
bekerjanya. Cara ini sangat menguntungkan bagi karyawan yang dapat bekerja
cepat dan berkemampuan tinggi, dan sebaliknya sangat tidak favourable bagi
karyawan yang bekerja lamban atau yang sudah berusia agak lanjut.
b.
Lama Kerja
Besarnya insentif ditentukan atas dasar lamanya karyawan
melaksanakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan. Cara perhitungannya dapat
menggunakan per jam, per hari, per minggu ataupun per bulan.
c.
Senioritas
Sistem insentif ini didasarkan pada masa kerja atau senioritas
karyawan yang bersangkutan dalam suatu perusahaan. Dasar pemikirannya adalah
karyawan senior, menunjukkan adanya kesetiaan yang tinggi dari karyawan yang bersangkutan
pada organisasi di mana mereka bekerja. Semakin senior seorang karyawan maka
semakin tinggi loyalitasnya pada perusahaan, dan semakin mantap dan tenangnya
dalam perusahaan. Kelemahan yang menonjol dari cara ini adalah belum tentu
karyawan yang senior ini memiliki kemampuan yang tinggi atau menonjol, sehingga
mungkin sekali karyawan muda (junior) yang menonjol kemampuannya akan
dipimpin oleh karyawan senior, tetapi tidak menonjol kemampuannya. Seseorang
yang menjadi pimpinan bukan karena kemampuannya tetapi karena masa kerjanya,
sehingga dalam situasi demikian dapat timbul di mana para karyawan junior yang
energik dan kompeten keluar dari perusahaan.
d.
Kebutuhan
Cara ini menunjukkan bahwa insentif pada karyawan didasarkan pada
tingkat urgensi kebutuhan hidup yang layak dari karyawan. Insentif yang
diberikan adalah wajar apabila dapat dipergunakan untuk memenuhi sebagian
kebutuhan pokok, tidak berlebihan namun tidak berkekurangan, sehingga hal
seperti ini memungkinkan karyawan untuk dapat bertahan dalam perusahaan.
e.
Keadilan dan
Kelayakan
Sistem insentif bukanlah harus sama rata tanpa pandang bulu,
tetapi harus terkait pada adanya hubungan antara pengorbanan (input)
dengan (output), makin tinggi pengorbanan semakin tinggi insentif yang
diharapkan, sehingga oleh karenanya yang harus dinilai adalah pengorbanannya
yang diperlukan oleh suatu jabatan. Input dari suatu jabatan ditunjukkan oleh
spesifikasi yang harus dipenuhi oleh karyawan yang memangku jabatan tersebut
dan semakin tinggi pula output yang diharapkan. Output ini ditunjukkan
oleh insentif yang diterima para karyawan yang bersangkutan dan di dalamnya
terkandung rasa keadilan yang
sangat diperhatikan sekali oleh setiap karyawan yang menerima insentif. Masalah kelayakan disamping masalah keadilan dalam pemberian insentif tersebut perlu pula diperhatikan. Layak artinya membandingkan besarnya insentif dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha sejenis. Insentif didalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain, maka perusahaan akan mendapat kendala yakni berupa menurunnya kinerja karyawan yang dapat diketahui dari berbagai bentuk akibat ketidakpuasan karyawan mengenai insentif tersebut.
sangat diperhatikan sekali oleh setiap karyawan yang menerima insentif. Masalah kelayakan disamping masalah keadilan dalam pemberian insentif tersebut perlu pula diperhatikan. Layak artinya membandingkan besarnya insentif dengan perusahaan lain yang bergerak dalam bidang usaha sejenis. Insentif didalam perusahaan yang bersangkutan lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan lain, maka perusahaan akan mendapat kendala yakni berupa menurunnya kinerja karyawan yang dapat diketahui dari berbagai bentuk akibat ketidakpuasan karyawan mengenai insentif tersebut.
f.
Evaluasi
Jabatan
Evaluasi jabatan adalah suatu usaha untuk menentukan dan
membandingkan nilai suatu jabatan tertentu dengan nilai jabatan-jabatan lain
dalam suatu organisasi. Evaluasi jabatan berarti pula penentuan nilai relatif
atau harga dari suatu jabatan guna menyusun rangking dalam penentuan insentif.
2.3.6 Pedoman Pemberian Insentif yang Efektif
Syarat-syarat yang patut dipenuhi dalam pemberian insentif agar
tujuan pemberian insentif bagi karyawan dapat diwujudkan (Panggabean, 2004),
terdiri atas hal-hal sebagai berikut:
1. Sederhana, yaitu peraturan dari sistem insentif haruslah
singkat, jelas, dan dapat dimengerti.
2. Spesifik, yaitu tidak
cukup dengan mengatakan, hasilnya banyak atau jangan terjadi kecelakaan.
Karyawan perlu tahu dengan tepat yang diharapkan untuk mereka melakukan.
3. Dapat dicapai, yaitu setiap karyawan seharusnya mempunyai
kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.
4. Dapat diukur, yaitu sasaran yang dapat diukur merupakan dasar
untuk menentukan rencana insentif
2.4 BENEFIT
2.4.1
Pengertian Benefit
Menurut Hani Handoko (2010) Benefit adalah untuk
mempertahankan karyawan organisasi dalam jangka panjang. Kompensasi pelengkap
ini berbentuk penyediaan paket “Benefit” dan penyelenggaraan program program
pelayanan karyawan. Benefit dan pelayanan pelayanan tersebut merupakan
kompensasi tidak langsung ( Inderect Compensation) karena biasanya diperlukan
sebagai upaya penciptaan kondisi dan lingkungan kerja yang menyenangkan dan
tidak secara langsung berkaitan dengan prestasi kerja. Kompensasi dalam bentuk
upah atau gaji disebut kompensasi langsung (Direct Compensation) karena hal ini
didasarkan pada faktor faktor pekerjaan kritis atau pelaksana kerja.
Menurut Mondy & Noe(2005) benefits atau
manfaat adalah semua manfaat finansial yang biasanya didapatkan oleh karywan
secara tidak langsung. Beberapa program yang termasuk dalam Benefits yaitu
asuransi, program kesehatan, keamanan, keselamatan, dan kesejahteraan umum.
2.4.2 Mandatory
Benefits
Adalah tunjangan pelengkap yang diwajibkan dalam
perundang-undangan. Menurut Mody & Noe(2005) yang termasuk
dalam Mandated Benefits adalah Jaminan Sosial , Kompensasi
Pekerja, Kompensasi Pengaguran , dan Family and Medical Leave Act.
a. Jaminan Sosial / Social
Security
Program asuransi sosial yang menyediakan perlindungan sosial atau
perlindungan terhadap kondisi yang diakui sebagai kondisi sosial seperti kemiskinan,
jaminan di hari tua, cacat fisik, pengangguran dan yang lainnya. Bentuk dari
perlindungan ini dapat berupa asuransi. Jenis perlindungan yang paling baru
saat ini adalah Medicare, yaitu program kesehatan yang
menyediakan asuransi kesehatan bagi karyawan yang biasanya diselenggarakan oleh
pemerintah.
b. Kompensasi penganguran
/ Unemployment Compensation
Asuransi pekerjaan menyediakan pembayaran bagi karyawan yang kehilangan
pekerjaan bukan karena kesalahan yang ia lakukan. Di negara-negara maju, pekerja
umumnya memiliki benefit ini.
c. Kompensasi Pekerja
/ Workers’ Compensation
Kompensasi pekerja menyediakan tingkatan perlindungan finansial
bagi karyawan yang mengeluarkan biaya kerena kecelakaan atau penyakit yang
terjadi yang berhubungan dengan pekerjaan.
d. Family and
Medical Leave Act
Family and Medical Leave Act digunakan oleh perusahaan
swasta yang memiliki 50 atau lebih karyawan dan seluruh pegawai negeri
berapapun jumlahnya. FMLA memberikan cuti hamil sampai dengan 12 minggu , yang
juga diberikan kepada pekerja untuk merawat pasangannya atau anggota
keluarganya yang menderita ganguan kesehatan serius.
2.4.3 Voluntary
Benefits
Merupakan tunjangan pelengkap yang biasanya akibat
dari keputusan sepihak manajemen di beberapa perusahaan dan dari negosiasi
manajemen dengan serikat pekerja. Menurut Mondy & Noe(2005) yang
merupakan voluntary benefits, diantaranya :
a. Pembayaran untuk waktu tidak
bekerja / payment for time not worked
b. Perawatan kesehatan / health
care
c. Asuransi jiwa / insurance
life
d. Rencana pensiun / retirement
plans
e. Employee stock option plans
(ESOP)
f. Supplemental unemployment
benefits (SUB)
g. Layanan karyawan / Employee service
h. Pembayaran premi / premium
pay
i. Benefit bagi
karyawan paruh-waktu / benefits for part-time employees
BAB III
Bedah kasus
Pengaruh Sistem Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja
Karyawan Tetap Divisi Penjualan (Studi Kasus PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan
Bogor
Dalam dunia bisnis saat ini menuntut adanya sebuah
persaingan antar perusahaan, khususnya PT. Sinar Sosro yaitu perusahaan yang
bergerak dibidang industri minuman kemasan dan pelopor teh siap minum dalam
kemasan botol dengan beberapa pesaingnya seperti PT. Cocacola dan Orang Tua
Group. Ketatnya persaingan mengharuskan perusahaan memberikan hasil yang
optimal kepada konsumen. Hasil optimal akan dicapai oleh perusahaan dengan cara
peningkatan kinerja karyawan, salah satunya melalui pemberian kompensasi yang layak.
Kompensasi yang diberikan PT. Sinar Sosro Kantor
Penjualan (KP) Bogor adalah kompensasi finansial dan non finansial. Kompensasi
finansial lebih dibutuhkan oleh divisi penjualan karena kompensasi finansial
lebih dapat dinikmati dan dirasakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu mengetahui
pelaksanaan sistem kompensasi finansial dan kondisi kinerja menurut persepsi
karyawan tetap divisi penjualan PT. Sinar Sosro KP Bogor, menganalisis pengaruh
sistem kompensasi finansial terhadap kinerja karyawan tetap divisi penjualan
PT. Sinar Sosro KP Bogor, dan menganalisis faktor kompensasi finansial yang
paling berpengaruh terhadap kinerja karyawan tetap divisi penjualan PT. Sinar
Sosro KP Bogor. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan
penyebaran kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka.
Metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode sensus yaitu
populasi yang merupakan metode probability sampling. Analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda.
Pengolahan data menggunakan bantuan software SPSS versi 15 for windows.
Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa seluruh
sistem kompensasi finansial seperti gaji, bonus, insentif, THR, asuransi dan
fasilitas kantor bersama-sama mempengaruhi kinerja karyawan. Berdasarkan hasil
uji-t menunjukkan bahwa dari enam jenis sistem kompensasi finansial yang
dirasakan karyawan tetap divisi penjualan, hanya sistem kompensasi finansial
berupa THR yang tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap kinerja
karyawan, sedangkan kelima sistem kompensasi finansial lainnya seperti gaji,
bonus, insentif, asuransi dan fasilitas kantor memiliki pengaruh secara parsial
terhadap kinerja karyawan.
Dilihat dari nilai koefisien dalam persamaan regresi
dinyatakan bahwa urutan faktor kompensasi finansial yang paling berpengaruh
sampai yang paling sedikit berpengaruh terhadap kinerja karyawan yaitu
insentif, asuransi, bonus, gaji, fasilitas kantor dan THR. Model regresi ini
memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 81,3% yang berarti bahwa 81,3%
variabel terikat yaitu kinerja karyawan dapat dijelaskan oleh variabel bebas dari
sistem kompensasi finansial dan sisanya 18,7% dijelaskan oleh variabel lain
diluar variabel yang digunakan.
PEMBAHASAN
KASUS
Kompensasi yang diberikan PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan (KP) Bogor:
1.
Kompensasi Finansial
Berupa :
·
Insentif
·
Asuransi
·
Bonus
·
Gaji
·
fasilitas kantor
·
THR
Berdasarkan hasil penelitian: hanya sistem kompensasi finansial
berupa THR yang tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap kinerja
karyawan, sedangkan kelima sistem kompensasi finansial lainnya seperti gaji,
bonus, insentif, asuransi dan fasilitas kantor memiliki pengaruh secara parsial
terhadap kinerja karyawan.
Jika dilihat dari hasil menggunakan metode regresi
maka, urutan faktor kompensasi finansial yang paling berpengaruh sampai yang
paling sedikit berpengaruh terhadap kinerja karyawan, yaitu: insentif,
asuransi, bonus, gaji, fasilitas kantor dan THR.
Dari hasil penelitian yang disampaikan maka dapat
disimpulkan bahwa, kebanyakan karyawan percaya bahwa mereka yang bekerja lebih
keras dan menghasilkan lebih banyak oleh karena itu, seharusnya dihargai/diberi
imbalan. Jika karyawan melihat bahwa gaji/upah tidak didistribusikan atas dasar
jasa/kontribusi, mereka cenderung kurang komitmen terhadap organisasi,
mengurangi tingkat usahanya, dan mencari kesempatan kerja di tempat lain.
Sistem imbalan kinerja/ sistem insentif, menghargai/memberi
imbalan kepada kinerja karyawan atas dasar 3 asumsi:
1) Para karyawan dan tim kerja berbeda
dalam hal berapa besar sumbangan mereka terhadap perusahaan-tidak hanya apa
yang mereka lakukan, tetapi juga seberapa baik mereka melakukan itu.
2) Kinerja keseluruhan perusahaan
banyak tergantung pada kinerja individu dan kelompo-kelompok dalam perusahaan.
3) Untuk menarik, mempertahankan, dan
memotivasi karyawan berkinerja tinggi dan bersikap adil terhadap semua
karyawan, perusahaan perlu menghargai/memberi imbalan karyawan atas dasae
kinerja relatifnya. (Gomez-Mejia, et al, 2001)
Asumsi-asumsi
tersebut tampaknya jelas dan dapat diterima dan sesuai praktek di lapangan pada
studi kasus PT. Sinar
Sosro Kantor Penjualan (KP) Bogor.
2.
Kompensasi non-finansial
Pada kasus tersebut kompensasi
non-finansial kalah penting dibandinkan dengan kompensasi finansial.
Dikarenakan kompensasi finansial dianggap lebih dibutuhkan oleh divisi
penjualan karena kompensasi finansial lebih dapat dinikmati dan dirasakan
secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pada kasus tersebut pula, kurang
dijelaskan bagaimana sistem kompensasi non-finansial di PT. Sinar Sosro Kantor
Penjualan (KP) Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
Amrilita,
Wilidya. Fringe Benefit. http://www.jtanzilco.com/blog/detail/297/slug/apa-bedanya-fringe-benefits-dengan-flexible-benefits.
diakses pada 11 Maret 2017
Anonymous.
BAB 12 KOMPENSASI. http://eprints.dinus.ac.id/14525/1/[Materi]_BAB_12_KOMPENSASI.pdf. Diakses pada Maret 2017
Anonymous. Kompensasi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55579/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada Maret 2017
Anonymous.
Pengaruh Sistem Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja Karyawan Tetap
Divisi Penjualan (Studi Kasus PT. Sinar Sosro Kantor Penjualan Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57088. diakses pada 14 maret201713:00)
Ayuningtyas Widiyani.
SUMMARY-Manajemen-Sumber-Daya-Manusia-Chapter-11-13-17. http://mss-febui.com/wp-content/uploads/SUMMARY-Manajemen-Sumber-Daya-Manusia-Chapter-11-13-17.pdf. diakses pada Maret 2017
Kaswan.
2012. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi, Edisi
Pertama. Graha Ilmu: Yogyakarta.
P. Siagian,
Sondang. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Ed.1, Cet.13. Bumi Aksara:
Jakarta.
No comments:
Post a Comment